Ritual 'Erpangir Ku Lau' Berdasarkan Perspektif Teologi Kesucian Diri (Studi Etnografi Terhadap Tradisi Lokal di Desa Semangat Gunung)
Kata Kunci:
erpangir ku lau, teologi kesucian diri, kontekstualAbstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan persepsi masyarakat mengenai ritual erpangir ku lau, membersihkan diri dengan menggunakan media air dan ritual erpangir ku lau berdasarkan perspektif Teologi Kesucian Diri. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif etnografi yaitu pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan menghasilkan data informan tertulis maupun lisan dari objek yang diamati. Persepsi masyarakat terhadap ritual erpangir ku lau yaitu suatu ritual membersihkan diri dengan menggunakan media air, masyarakat Karo yang melakukan ritual erpangir ku lau mempercayai bahwa ritual ini dapat membersihkan diri yang bertujuan untuk meminta berkat, meminta hasil panen yang melimpah, dan dapat menyembuhkan penyakit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa air memiliki sifat eliminatoris, retoratoris, kreatoris yang bersifat mencuci, membersihkan, memurnikan kotoran, noda dan juga mengusir bala dan penyakit, termasuk roh-roh jahat yang artinya mengeliminasi kejahatan dan menyembuhkan tatanan. Memulihkan atau mengembalikan apa yang sudah hilang dari hidup sempurna sediakala. Pengutuhan lewat air akan sanggup memulihkan hidup sempurna menjadi bahagia. Oleh kekuatan dari iblis, hidup dilemahkan, digerogoti dan akhirnya, setelah layu akan menjadi mati. Daya ajaib air akan meresapkan dan dengan itu memulihkan hidup semula (sembuh) dalam keselarasan hubungan dengan Allah. Air sanggup melahirkan pengada dan status mengada yang baru. Air bukan saja menyucikan, tetapi juga mengandung potensialitas, yang dikomunikasikannya. Ini menjadi air kehidupan. Perlambangan air adalah statusnya yang tetap pada potensi dan berlaku bagi setiap ritus air, baik percikan, penyentuhan, pencelupan, maupun pembasuhan, pemandian dan penceburan.